Kamis, 07 November 2013

sejarah karate dunia


Sejarah Karate Dunia

GICHIN FUNAKOSHI klik disini
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.

Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.

Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.

Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.

Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.

Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.

Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.
Sumber : http://www.fokushotokan.com/sejarah.html

sumpah karate & penjelasanya

Sumpah Karate

Sumpah Karate

Sumpah karate adalah ikrar seorang kakareta ketika orang tersebut mempelajari dan berlatih karate. Sumpah karate tidak hanya berlaku ketika diucapkan di Dojo tempat berlatih tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Sumpah Karate:
1. Sanggup memelihara kepribadian
2. Sanggup patuh pada kejujuran
3. Sanggup mempertinggi prestasi
4. Sanggup menjaga sopan-santun
5. Sanggup menguasai diri


Penjelasannya

1. Sanggup Memelihara Kepribadian
Maksudnya tentu karateka harus mampu mengembangkan pribadi yang baik dan memeliharanya. Bayangkan, seandainya ada karateka (yang, dalam suatu demo, bisa menghancurkan dinding beton dengan tangan kosong) hobi berbuat onar — lantas bikin ribut dan berkelahi di tempat dugem. Boleh jadi lawannya akan terkirim ke rumah sakit, sementara sang atlet harus diamankan pihak berwajib.
Lebih gawat lagi kalau ternyata lawannya (yang bisa jadi tak berbekal ilmu beladiri) justru sampai tewas di tangan sang karateka. Tentunya ini akan jadi preseden buruk bagi ilmu beladiri tersebut. Maka, sudah jelas bahwa “sanggup memelihara kepribadian” adalah poin utama dari orang yang hendak belajar beladiri tangan kosong ini.

2. Sanggup Patuh pada Kejujuran
Secara harfiah dapat dipahami, pada dasarnya seorang karateka harus mengabdi pada kejujuran. Bisa dibilang poin ini menekankan semangat budi pekerti, tidak bersikap licik, serta selalu mengambil tindakan yang jujur dan bisa dipertanggungjawabkan.

3. Sanggup Mempertinggi Prestasi
Maksudnya terus memperbaiki keadaan diri sendiri. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin! Jika hari ini Anda baru hapal gerakan-gerakan kata I, maka esok hari gerakan Anda di kata tersebut harus sudah lebih bagus dan lebih luwes, walaupun sedikit. Intinya adalah kemajuan akan diri sendiri — syukur-syukur, “prestasi” yang sebenarnyalah yang Anda tingkatkan (e.g. lewat turnamen dan invitasi).

4. Sanggup Menjaga Sopan-santun

Ini juga jelas. Jangan melakukan tindakan asusila; jangan bercanda yang keterlaluan; hargai orang yang lebih tua; bersikaplah ramah pada yang lebih muda, dan seterusnya. Pribadi yang baik yang terbentuk dari (1) harus dilanjutkan dengan (2) dan (4) ini secara bersamaan.

5. Sanggup menguasai diri,
Tentunya, kalau Anda punya teknik pukulan yang sempurna, kepalan tangan yang keras akibat rutin push-up dengan tangan mengepal, dan otot bisep yang terlatih, Anda menjadi orang yang berbahaya ketika marah. Bayangkan juga kaki Anda begitu kuat hasil latihan jalan jongkok setiap malam — mawashi Anda boleh jadi sanggup membuat ‘korban’ Anda gegar otak.Sekarang, bayangkan seorang karateka terlatih langsung naik pitam — hanya karena bahunya terkena tumpahan air di restoran. Apa nggak bahaya tuh? Makanya, prinsip ini berfungsi melengkapi pelaksanaan butir (1) bersama dengan butir (2) dan (4)